14 Januari 2016 kemarin terjadi ledakan di sekitar jalan Thamrin, dan saya sedang berada di sebuah kedai bakmi. Lewat televisi dan jejaring sosial saya mencari informasi perkembangan, yang ternyata simpang siur. Tidak hanya di jejaring sosial, whatsapp yang menyebar informasi-informasi palsu karena ternyata informasi yang tidak diverifikasi kebenarannya juga mencapai televisi nasional.
Hal ini membuat tentu saja membuat bingung, sehingga saya yang tidak secara lansung terkena imbas kejadian tidak tahu mau berbuat apa selain melanjutkan makan saya. Kemudian kembali bekerja sambil menanyakan perkembangan kepada beberapa teman yang berakifitas di sekitar lokasi.
Malamnya saya berbincang dengan seorang teman, penulis muda berbakat; Stanley Widianto yang kemudian mengajak untuk mengambil beberapa foto di lokasi kejadian untuk keperluan artikel di Vice.
Dan berikut ini adalah beberapa foto, yang juga menunjukkan beberapa kebingungan tersebut. Kejadian yang merengut nyawa manusia, seperti nyata atau tidak nyata bagi kebanyakan orang yang mungkin ‘hanya’ menjadi penonton di layar hp atau televisi.
Beberapa keluarga tampak ‘berwisata’, satu keluarga dengan anak yang masih balita tampak berfoto bersama di depan pos polisi yang hancur. Tidak lama, ada seorang ibu tampak berjalan pelan mengarahkan kamera dari ponsel untuk merekam situasi di trotoar depan Sarinah. Apa mereka berfikir ini adalah set film aksi? atau mungkin mereka adalah reporter untuk media kawasan di daerah rumah mereka.
Kemudian saya melihat bekas bercak darah, pos polisi yang hancur, dan polisi-polisi berwajah lelah yang tampaknya sedang bertugas jaga dalam waktu yang sangat panjang maka akhirnya saya disadarkan kalau kejadian kemarin adalah nyata. Bukan sekedar filem.
Maka itu saya mengucapkan turut berduka cita untuk semua korban meninggal, terluka maupun secara materi yang terkena imbas ledakan kemarin. Semoga tidak terulang lagi.
