Site Overlay

Nanjing

Berkunjung ke negeri Tiongkok adalah salah satu cita-cita saya sejak kecil, maka tentu saja saya tidak menolak saat kantor saya mendapat undangan untuk berkunjung ke negeri leluhur saya ini.

Kita diajak mengunjungi beberapa kota dan Nanjing adalah pemberhentian pertama.

Kita lansung menuju Nanjing dengan kereta cepat dari Shanghai. Kereta ini berkecepatan 305km/jam dan melaju sangat mulus tanpa getaran. Tidak sabar rasanya menantikan Indonesia memiliki kereta secepat ini untuk berpergian ke berbagai kota dalam satu pulau.

Stasiun kereta di Shanghai sangat bagus, canggih dan bersih.

Saya datang ke China dengan bayangan hasil cerita dari teman-teman yang bilang di China itu orangnya jorok-jorok. Tapi rupanya kota mereka lebih bersih dari Jakarta, cuma ya kalau urusan toilet, pasrahin aja. Bisa dapat yang sudah disiram saja itu bisa dibilang beruntung, walau itu di mall kelas atas.

Stasiun Nanjing
Nanjing traffic

Walau wc umumnya pada jorok, tapi kotanya sangat bersih. Walau manusianya kadang suka nyerobot antrian, tapi kalau berkendara mereka mau antri. Sehingga ga macet-macet banget walau padat.

Nanjing red light district
Bar and clubs area

Di dekat hotel saya itu ada area dimana bar, club, dan spa bertebaran. Kalau kita lewat akan banyak yang menawarkan jasa “teman perempuan”, berhati-hatilah dan sebaiknya ditolak. Karena prostitusi dilarang di China dan tidak sedikit turis yang kemudian terjebak dan diperas oleh oknum-oknum.

Mereka tidak akan memaksa atau terus membujuk jika kita sudah menolak jasa mereka.

Termasuk juga kalau kamu sedang di bar atau club dan ada perempuan berpakaian minim nyamperin, jangan ge’er dulu, lansung tolak saja. Kamu tidak ingin berakhir di penjara atau kehabisan uang saku karena diperas kan?.

Kota Nanjing ini sangat bersih dan bangunan-bangunan di daerah saya menginap masih relatif baru dan bersih. Tidak jauh juga dari lokasi, kita menemukan daerah yang tampaknya lebih tua dan lebih ramai dengan tempat makan kecil-kecil yang aromanya lezat.

Salah satu yang berkesan adalah makan di restoran khas Hunan yang berada di Deji Plaza. Rasa masakannya sangat khas, dan meninggalkan kesan. Terutama mie sapi dan iga babi yang garing berbumbu sechuan. Masakan-masakannya kaya bumbu dan semua lezat. Oiya masakan Hunan ini cenderung pedas, dan pedasnya meresap sampai kedalam daging yang dihidangkan.

Saya jadi heran, kenapa pada bilang makanan di Tiongkok itu hambar ya? Mungkin mereka salah pilih restoran.

Bakcang tapi isinya kacang manis

Setelah dua malam di Nanjing berkeliling kota dan juga mengunjungi fasilitas pengolahan air dan limbah, akhirnya kita harus lanjut ke kota berikutnya; Tianjin.

Perjalanan akan kembali ditempuh menggunakan kereta cepat yang nyaman itu.

oiya, saran aja nih, misal pertama kali ke Tiongkok (seperti saya) baiknya install wechat. Karena sebagian besar orang disana sudah pakai wechat dan ada fitur translate didalamnya. Jadi mempermudah komunikasi dengan orang lokal yang juga seringkali tidak bisa berbahasa Indonesia. :p

(to be continue)

Nanjing Train Station
Stasiun kereta Nanjing
Nanjing Train Station
Nanjing Train Station
Speed train china
Tidur di kereta cepat.
Speed train china
Speed train
Nanjing
Bareng anak anak kantor